-->

Saturday, December 23, 2017

Miris! Digeledah Polisi Secara Paksa, Tak Disangka Pria ini Tewas Sambil Peluk Uang Pengobatan Anak...

Beberapa laporan yang melibatkan kebrutalan polisi dan pembunuhan telah terjadi di sekitar Filipina dalam beberapa minggu terakhir.
Remaja diduga ditembak karena terlibat dalam perdagangan narkoba, sementara yang lainnya hanya terjebak dalam bentrokan dan 'secara tidak sengaja' terbunuh.
Pembunuhan tersebut telah membawa banyak orang Filipina untuk mempertanyakan cara pemerintah menangani perang terhadap narkoba.
Sementara keluarga masih berkabung atas kematian korban tersebut, namun seorang pria lain diduga dibunuh oleh polisi setelah dia menolak menunjukkan isi tasnya.
Seorang pria bernama Eduardo Serino, SR. dari Lintangan Sibuco Zamboanga del Norte, pulang ke rumah untuk memberikan dana rawat inap untuk anaknya yang baru saja mengalami kecelakaan.
Tapi ketika dia tahu bahwa yang dia bawa tidak cukup untuk menutupi semua biaya, dia memutuskan untuk pulang dan tidur untuk sementara waktu.
Tapi karena sudah cukup lama sejak dia berada di rumah, dia tersesat sebentar.
Sambil berusaha menemukan jalan pulang, ia beristirahat sejenak.
Saat itulah polisi tiba-tiba mendekatinya dan bertanya apa isi tas yang dia bawa.
Karena dia tidak ingin membuka tasnya di depan umum saat orang mulai berkumpul di sekitar mereka, dia menolak melakukannya.
Polisi kemudian membawanya ke tahanan.
Apa yang terjadi saat ditanyai tidak dilaporkan, tapi dia dalam keadaan sudah mati.
Keluarga dan teman-temannya mengklaim bahwa dia tidak dapat dikenali karena luka memar dan luka di seluruh tubuh dan wajahnya.
Kemudian terungkap bahwa tasnya hanya berisi kartu identitasnya.
REZIM DUETERTE
Presiden Filipina Rodrigo Duterte kini lagi naik daun. Ia menjadi sosok yang sangat terkenal dan menjadi buah bibir diseluruh penjuru dunia saat ini.
Namanya tiba-tiba mencuat ke permukaan gegara sepak terjangnya yang brutal dan sadis ala Gangster mafia Sisilia untuk memutus mata rantai jaringan narkoba di negara yang dipimpinnya.
Banyak yang memujanya, tak sedikit pula yang menghujatnya.
Namun berkat sistem tangan besi Presiden yang dijuluki "The Punisher" itu sejak resmi menjadi orang nomor satu di Filipina pada tanggal 30 Juni 2016, sebanyak 2000 bandar dan pengedar narkoba tewas ditembak.
Selain itu, 4.400 orang dijebloskan ke balik jeruji besi, dan 114.833 bandar dan pengedar narkoba yang masih berkeliaran dijalanan menyerah tanpa syarat dengan menyerahkan diri ke Polisi karena ketakutan dibantai Duterte.
Mantan Walikota yang Hobi Bunuh Penjahat
Sebelum dIdaulat penuh oleh rakyat Filipina menjadi Presiden mereka, Rodrigo Duterte adalah mantan Walikota selama empat periode di Davao City, Filipina.
Ia punya hobi yang tergolong unik dan nyeleneh, yaitu memburu dan membunuh bandar dan pengedar narkoba dengan motor Harley Davidson miliknya.
Duterte menjabat sebagai Wali Kota Davao City sejak 2001.
Diawal pemerintahanya sebagai Walikota Davao City, ia melegalkan pembunuhan terhadap para pelaku kejahatan narkoba, serta melakukan sayembara berhadiah bebas pajak bagi warga sipil yang berhasil menghabisi para bandar dan pengedar narkoba.
Mereka akan diberi bonus tambahan jika kepala para Bandar Narkoba diserahkan dalam peti es supaya tidak bikin bau kantor Polisi. Maka berbondong bondonglah warga Davao City menjadi Bounty Hunter (Pemburu Hadiah) seperti di film Renegade-nya Lorenzo Lamaz itu.
Ribuan bandar dan pengedar narkoba kelas kakap akhirnya ngacir dan menghilang dari Davao City karena mengalami kengerian yang mendalam akibat diteror hantu Duterte.
Bagi para kartel narkoba, apa yang dilakukan Rodrigo Duterte itu bagaikan siksa neraka di bumi.
Sebelum Duterte menjabat sebagai Walikota, Davao City memiliki tingkat kejahatan narkoba tertinggi di Filipina.
Bukan hanya itu saja, di sekitar Davao City, ada basis pasukan separatis Front Muslim Moro yang melakukan bisnis narkoba untuk mendanai gerakan mereka.
Kota ini juga dikepung perairan Sulu, wilayah kekuasaan Abu Sayyaf yang paling rawan pembajakan di dunia setelah Somalia. Kini Davao City adalah kota yang paling aman di Asia Tenggara seperti yang dirilis oleh New York Times.
Sepak Terjang Duterte yang Bikin Kartel Narkoba Terkencing-kencing Dicelana
Ditangan Duterte, para Godfather narkoba dibuat tak berkutik. Pergerakan mereka dikunci habis tanpa ampun dengan cara-cara brutal dan sadis ala mafia Sisilia yang diterapkan oleh Rodrigo Duterte.
 Duterte berjanji akan membunuh 100.000 bandar dan pengedar narkoba dalam kurun waktu enam bulan pertama masa pemerintahannya. Caranya adalah dengan membunuh mereka semua.
Setiap hari, 30 orang dibantai di Filipina dan mayat-mayat mereka sengaja dibiarkan bergelimpangan dijalanan di kawasan kumuh sebagai efek jera.
Bukan hanga itu saja, disamping jasad para bandar dan pengedar narkoba ditemukan kertas yang bertuliskan peringatan bagi siapa saja agar jangan coba-coba terlibat dalam bisnis narkoba.
Setiap hari 30 orang pengedar dan narkoba dibantai di Filipina. Tercatat lebih dari 400 pengedar yang tewas ditembak dijalanan
Setiap hari 30 orang pengedar dan narkoba dibantai di Filipina. Tercatat lebih dari 400 pengedar yang tewas ditembak dijalanan (Foto: philstar.com)
Selain menembak mati ala pengadilan jalanan, Rodrigo Duterte juga menerapkan hukuman mati penggal kepala bagi para bandar dan pengedar narkoba yang tertangkal hidup-hidup untuk menghemat peluru yang ia beli dengan menggunakan APBN. 
Dalam program 100 hari kerja setelah resmi terpilih menjadi Presiden Fiipina, Duterte berjanji kepada rakyat yang memilihnya bahwa ia akan membasmi kejahatan narkoba dengan langsung tembak mati ditempat tanpa harus ke Pengadilan untuk menghemat APBN dan meringankan beban negara memberi makan para bandit itu dalam penjara.
Kalau di Indonesia, program 100 hari kerja Presiden terpilih lebih difokuskan kepada pertumbuhan ekonomi dan percepatan pembangunan infrastruktur disegala bidang, namun itu tak berlaku bagi Dutarte.
Menurutnya perekonomian bangsa tak akan tumbuh jika masih ada racun narkoba yang merajalela dalam pemerintahannya.
Sehari setelah Duterte dilantik jadi Presiden Filipina pada hari yang ketigapuluh dibulan yang keenam ditahun yang ke 2016, ratusan pejabat negara, mulai dari Walikota, anggota DPR (Parlemen), Polisi, dan militer yang membekingi bisnis narkoba menyerahkan diri karena ketakutan ditembak mati oleh Duterte.
Dalam pidato kenegaraannya setelah dilantik menjadi Presiden Filipina, Duterte mengultimatum kepada semua pejabat negara yang terlibat dalam jaringan bisnis narkoba untuk segera menyerahkan diri dalam tempo waktu 1x24 jam.
Jika dalam tempo waktu 1x24 jam, ultimatumnya itu diabaikan, maka ia akan memerintahkan Polisi untuk memburu dan membunuh mereka.
Akibatnya fatal, sebanyak 27 Walikota, 31 pejabat tinggi Kepolisian, 2 pensiunan Jenderal militer, Hakim serta anggota DPR (Parlemen) akhirnya menyerahkan diri dengan wajah pucat pasi.
Mereka ketakutan setelah dijadikan target pembantaian oleh Duterte.
Selain mengancam para pejabat negara yang terlibat bisnis narkoba, Dutarte juga mengadakan sayembara berhadiah sebesar 2 juta Peso Filipina atau sekitar kurang lebih 570 juta Rupiah bagi siapa saja yang berhasil menangkap para bandar dan pengedar narkoba, hidup atau mati.
Bukan hanya mengadakan sayembara berhadiah saja, Dutarte juga membentuk tim khusus untuk menembak mati para pengedar narkoba di jalanan, seperti Petrus dijaman Soeharto (1980-1983).
Sampai saat ini tercatat lebih dari 420 bandar narkoba yang tewas ditembak dijalanan oleh pasukan khusus anti narkoba yang dibentuknya itu.

Sumber : tribunnews.com
loading...

0 Komentar Miris! Digeledah Polisi Secara Paksa, Tak Disangka Pria ini Tewas Sambil Peluk Uang Pengobatan Anak...

Post a Comment

});
Back To Top